(function() { (function(){function b(g){this.t={};this.tick=function(h,m,f){var n=void 0!=f?f:(new Date).getTime();this.t[h]=[n,m];if(void 0==f)try{window.console.timeStamp("CSI/"+h)}catch(q){}};this.getStartTickTime=function(){return this.t.start[0]};this.tick("start",null,g)}var a;if(window.performance)var e=(a=window.performance.timing)&&a.responseStart;var p=0=c&&(window.jstiming.srt=e-c)}if(a){var d=window.jstiming.load; 0=c&&(d.tick("_wtsrt",void 0,c),d.tick("wtsrt_","_wtsrt",e),d.tick("tbsd_","wtsrt_"))}try{a=null,window.chrome&&window.chrome.csi&&(a=Math.floor(window.chrome.csi().pageT),d&&0=b&&window.jstiming.load.tick("aft")};var k=!1;function l(){k||(k=!0,window.jstiming.load.tick("firstScrollTime"))}window.addEventListener?window.addEventListener("scroll",l,!1):window.attachEvent("onscroll",l); })();

Friday, May 16, 2008
Surat-Surat Presiden Soekarno Kepada Dewi

Di bawah ini adalah surat-surat Presiden Soekarno, yang ditulis dan dikirim kepada istrinya, Ratna Sari Dewi, selama hari-hari pertama bulan Oktober 1965. Surat-surat ini berhasil diselundupkan ke luar negeri, dan diumumkan oleh Dewi di negeri Belanda bulan Oktober 1973. Bahan ini dikutip Redaksi "Kreasi" dari "Berita Pertimbangan" Tahun IV/18 Medio Oktober 1974, disiarkan kembali dengan pembaruanejaan sesuai kaidah yang berlaku sekarang.

==========================================================================

2-10-'65

Dewiku tercinta,

Saya dalam keadaan baik dan sangat sibuk dengan konferensi bersama semua panglima

militer untuk menyelesaikan konflik di kalangan militer. Jangan khawatir, sayang!

Sayang dan 1000 ciuman

Sukarno

==========================================================================

3-10-'65

Saya telah menerima dua pucuk suratmu. Saya gembira mengetahui, bahwa engkau juga

mendengarkan pidatoku dan menilainya sebagai pidato yang baik.

Anggota MBAD Pranoto agak lemah, tetapi dia adalah satu-satunya orang yang dapat

bergaul dengan golongan kiri dan kanan.

Saya untuk sementara menugaskan dia menjadi penjabat pimpinan sehari-hari Angkatan

Darat.

Komando tertinggi berada di tangan saya sendiri dan bila keadaan menjadi tenang

kembali, maka saya akan mengangkat panglima yang tetap.

Saya belum mengetahui di mana Yani berada, atau apa yang sesungguhnya terjadi

terhadap dirinya.

Begitu keadaan aman, saya akan kembali ke Jakarta.

Berita-berita hari ini menunjukkan "belum".

Saya selalu ingat padamu. Kau mengetahui betapa saya cinta padamu.

==========================================================================


4-10-'65


Saya telah menerima suratmu. Terimakasih.

Saya tahu bahwa tidak mungkin kau membuka rahasia-rahasia kepada para wartawan.

Kepada Subandrio dan Leimena saya telah menyatakan, bahwa engkau tidak pernah lagi

berbicara dengan wartawan.

Kekasih, saya bangga akan kau, terimakasih banyak!

Saya sedang bekerja keras.

Dewasa ini saya sedang mengadakan rapat dengan para panglima dan wakil-wakilnya dari

seluruh angkatan. Doakan pada Tuhan semoga saya berhasil.

==========================================================================


5-10-'65

Terimakasih untuk suratmu. Hari ini telah dimakamkan ke-enam jenderal dan seorang

ajudan dari salah seorang jenderal. Bagian keamanan, maupun Subandrio dan Leimena

tidak mengijinkan saya menghadirinya. Alasannya adalah keamanan.

Mereka mengatakan siapa pun tidak dapat menduga apa yang akan terjadi dalam upacara

yang mengharukan itu.

Selesai upacara saya memanggil enam jenderal: jenderal Pranoto, jenderal Mursid,

jenderal Sutadio, jenderal Ashari, jenderal Dirgo dan jenderal Adjie dari Bandung.

Mereka ini adalah termasuk yang berpengaruh di kalangan angkatan darat.

Mengenai jenderal-jenderal yang terbunuh, baiklah kita tunggu hasil dari penyelidikan

rahasia kita, apakah benar mereka itu mau melakukan kudeta terhadap saya?

Keterangan-keterangan yang ada saling bertentangan.

Memang benar bahwa mereka semuanya adalah "komunistophobi".

Begitu keadaan memungkinkan saya akan datang ke Jakarta.

Sekarang saya sudah sangat rindu terhadapmu, saya cinta padamu.

==========================================================================


6-10-'65

Suratmu yang panjang telah saya terima ketika berlangsung sidang kabinet lengkap.

Saya senang, bahwa kau memperhatikan pendapat saya tentang hal-ihwal serta

orang-orang.

Ini menunjukkan bahwa kau adalah wanita yang sungguh-sungguh mencintai saya.

Terimakasih kekasih.

Semua tindakan dan keputusanku adalah berdasarkan nasehat dari Leimena, Subandrio,

Martadinata, Sutjipto, Umardhani, Pranoto dan banyak pembantu lainnya seperti

Akhmadi.

Aku sangat hati-hati.

Hari ini aku telah meminta pendapat dari seluruh kabinet.

Karena itu kau janganlah khawatir.

Dalam hati saya selalu di sampingmu.

- Martadinata, panglima AL,

- Sutjipto, panglima kepolisian,

- Umardhani, panglima AU,

- Subandrio, wk perdana menteri pertama,

- Leimena, wk perdana menteri ketiga.

==========================================================================


8-10-'65

Jangan salah mengerti.

Saya tersenyum di sidang kabinet untuk menunjukkan pada dunia luar, bahwa tidak

terjadi apa-apa dengan saya, gembira dan bahwa saya tetap menguasai keadaan (seperti

kau tahu pers Nekolim memberitakan, bahwa saya telah kalah atau hampir kalah).

Dan juga untuk membangkitkan kepercayaan dan kekuatan dari rakyat saya.

Tahukah kau, bahwa jenderal-jenderal yang terbunuh telah saya nyatakan sebagai

pahlawan revolusi dan saya naikkan pangkatnya setingkat.

Tahukah kau bahwa saya telah memutuskan secara tertulis untuk memakamkan Erma Suryani

(puteri Nasution) di Taman Pahlawan.

Hanya keluarga Nasution sendiri yang memutuskan untuk memakamkannya di Kebayoran.

Mengapa kau begitu marah pada saya?

Ini membuatku sedih dan putus asa. Kekasih tenanglah, Dewi manis tenanglah.

Jangan membuat saya putus asa.

- pers Nekolim, istilah yang waktu itu dipakai untuk menyebut pers kaum neokolonialis

serta imperialis.

- jenderal A.H. Nasution ketika itu menteri pertahanan.

==========================================================================


9-10-'65

Pertama-tama saya mengabarkan, bahwa hari Minggu ini saya tidak dapat datang ke

Jakarta, karena sore ini saya akan membicarakan sesuatu dengan staf Siliwangi di

Bogor dan yang tidak dapat diadakan di Jakarta.

Rapat dengan staf Siliwangi ini harus dilakukan dengan rahasia di Bogor.

Dan kalau diselenggarakan di Jakarta akan segera "tercium" oleh sementara orang dari

angkatan darat. Staf Siliwangi sangat mengkhawatirkan terhadap kemungkinan tersebut.

Hanya kepadamu isteriku tercinta, yang kupercayai dapat kukatakan (secara sangat

rahasia), bahwa staf Siliwangi dengan keras menentang rencana menempatkan panglima

Siliwangi Adjie sebagai panglima Kostrad di Jakarta dan menggantikannya dengan Umar

(dewasa ini panglima Jakarta).

Staf Siliwangi tetap menahan Adjie sebagai panglima, karena Siliwangi adalah tumpuan

saya yang terkuat. Saya telah mempertimbangkan dengan baik semua nasehatmu, isteriku

yang tercinta.

Yang saya maksud adalah mengenai masalah Nasution, AURI dan ALRI dan sebagainya.

Saya sekarang sangat berterimakasih untuk nasehat-nasehatmu.

Mengenai Nasution, saya sekarang sampai kepada kesimpulan, bahwa dia dapat dipercaya.

Hanya dia tak mempunyai pengalaman politik.

Tapi walau bagaimanapun sejak sekarang saya akan menaruh kepercayaan kepadanya.

Saya datang besok (Senin).

Sukarno

=========================================================================

Diunduh dari:

http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/2002-August/000071.html



posted by FerryHZ at 1:59 PM | Permalink |


0 Comments: