(function() { (function(){function b(g){this.t={};this.tick=function(h,m,f){var n=void 0!=f?f:(new Date).getTime();this.t[h]=[n,m];if(void 0==f)try{window.console.timeStamp("CSI/"+h)}catch(q){}};this.getStartTickTime=function(){return this.t.start[0]};this.tick("start",null,g)}var a;if(window.performance)var e=(a=window.performance.timing)&&a.responseStart;var p=0=c&&(window.jstiming.srt=e-c)}if(a){var d=window.jstiming.load; 0=c&&(d.tick("_wtsrt",void 0,c),d.tick("wtsrt_","_wtsrt",e),d.tick("tbsd_","wtsrt_"))}try{a=null,window.chrome&&window.chrome.csi&&(a=Math.floor(window.chrome.csi().pageT),d&&0=b&&window.jstiming.load.tick("aft")};var k=!1;function l(){k||(k=!0,window.jstiming.load.tick("firstScrollTime"))}window.addEventListener?window.addEventListener("scroll",l,!1):window.attachEvent("onscroll",l); })();

Monday, December 29, 2008
Permohonan Beasiswa Seribu Anak Bangsa



Universitas Indonesia membuka kesempatan bagi calon-calon pemimpin bangsa yang berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi untuk menikmati pendidikan berkualitas di UI. Universitas Indonesia menyediakan Beasiswa UI untuk Seribu Anak Bangsa yang berupa pembebasan Uang Pangkal dan pembebanan Biaya Operasional Pendidikan minimal, yaitu Rp 100.000,- per semester pada tahun pertama.

Kesempatan ini terbuka untuk siswa SMA/SMK/MA yang lulus tahun 2009. Beasiswa ini bukan jalur masuk UI, namun merupakan bantuan finansial bagi mahasiswa baru yang diterima di UI melalui melalui jalur Program Pemerataan Kesempatan Belajar (PPKB), Seleksi Masuk (SIMAK) UI, atau SNMPTN.

Pengajuan permohonan dilakukan secara kolektif oleh sekolah masing-masing dengan mengirimkan


formulir yang telah diisi dan dilengkapi dengan berkas-berkas berikut ini.

a. Tulisan yg dibuat oleh pemohon mengenai deskripsi diri, cita-cita masa depan, dan motivasi melanjutkan studi di perguruan tinggi;

b. Surat permohonan dari orang tua atau wali dengan menuliskan secara rinci alasan pengajuan beasiswa;

c. Surat keterangan tidak mampu dari RT/RW diketahui oleh Lurah/Kepala Desa setempat; diutamakan yang memiliki Kartu Gakin;

d. Slip gaji Orang Tua (Ayah dan Ibu, atau Wali) yang bekerja di sektor formal, atau surat keterangan penghasilan total dari RT/RW yang diketahui lurah/Kepala Desa setempat bagi yang bekerja di sektor informal;

e. Foto kopi rekening listrik rumah/tempat tinggal orang tua/wali, tiga bulan terakhir;

f. Foto kopi rekening telepon rumah/tempat tinggal orang tua/wali tiga bulan terakhir;

g. Foto kopi kartu keluarga dan KTP orang tua/wali yang masih berlaku;

h. Surat pernyataan dari tiga tetangga terdekat yang bukan saudara yang menjelaskan kondisi ekonomi keluarga siswa;

i. Surat keterangan dari Kepala Sekolah asal siswa yang menjelaskan prestasi siswa di sekolah, ketidakmampuan ekonomi siswa, keaktifan siswa, dan bahwa siswa akan mendaftar di UI;

j. Foto kopi sertifikat prestasi di bidang akademik dan nonakademik (misal organisasi, olahraga atau seni) selama terdaftar di SMU. Berkas dapat diajukan ke Rektor u.p. Direktur Kemahasiswaan Universitas Indonesia, Gedung Pusat Pelayanan Mahasiswa Terpadu, Kampus UI Depok, PO BOX SERIBU ANAK BANGSA, DPUI 16424, DEPOK.

Informasi lebih lanjut dapat dilihat di www.ui.ac.id atau hubungi nomor (021) 920 50 843/ (021)
788 49 060

Penerimaan berkas paling lambat: 30 Januari 2009 cap pos

Pengumuman di web UI : 16 Maret 2009

Formulir pendaftaran silakan Download pada attachment di bawah ini.


============================================


Keterangan lebih lengkap, silakan hubungi kontak yang ada pada artikel.




posted by FerryHZ at 11:30 PM | Permalink | 0 comments
Saturday, December 27, 2008
TULISAN MENGHARUKAN ANAK NJOTO,

Revolusi, pemberontakan, kekuasaan dan drama kemanusiaan selalu meninggalkan ekses lanjutan. Catatan di bawah ini adalah tulisan iramani-id, salah seorang putri dari 7 anak Njoto, Wakil Ketua II CC PKI, yang telah ditangkap dalam bulan-bulan terakhir 1965.
iramani-id adalah nama samaran sang anak, meniru nama samaran Nyoto sebagai penulis. Sebagai pembeda dari nama samaran sang bapak, dia menggunakan huruf kecil.
Catatan ini di tulis dengan gaya menyerupai puisi dan telah tersebar di banyak milist.
Dengan membaca catatan ini, kita akan lebih adil membaca kejadian 66. Lebih proporsional dan bisa membedakan mana pelaku dan mana korban.


=================================



KODIM, 1966

Oleh : iramani-id


Kompleks itu bernama Kodim.

Aku tak tahu, apakah memang begitu itu namanya. Tapi begitulah orang-orang besar di sekitarku dulu menyebutnya. Aku tak tahu di mana letak persis tempat itu. Tapi di dalamnya ada banyak ruang, dan, jika ingatanku tak salah merekam, halamannya cukup luas untuk bermain dan berlari-larian.


Tempat itu bernama Kodim.

Meskipun kadang ragu, aku merasa pasti bahwa begitulah tempat itu disebut. Ia tak cuma akrab di telingaku, tapi juga melekat rapat dalam ingatanku. Setiap siang kami melompat kegirangan, bila ransum makan diantarkan. Tanpa dikomando kami segera menggelosor ke lantai mengitari rantang berisi santap siang dengan air liur tak tertahankan. Tangan-tangan kecil kami tumpang-tindih berseliweran, menggapai rantang bersusun empat yang sudah terburai-cerai berserakan di atas lantai. Rantang-rantang itu nampak pasrah saja ketika manusia-manusia kecil di sekelilingnya berisik sahut-menyahut: tertawa, merengek, kecewa, saling ledek, dan entah apa lagi. Aku tak ingat siapa yang sering jadi juara dalam kompetisi seru itu, juga tak pernah ingat apakah aku cukup banyak makan dan merasa puas setelah upacara rutin perebutan dilakukan.


Kompleks itu bernama Kodim.

Malam hari kami berjejal di sebuah ruang, berceloteh bersama dan bernyanyi riang. Jika kami lelah, Mama mendendangkan beberapa lagu atau mendongeng beberapa cerita - yang itu-itu juga. Ia hafal banyak lagu, tapi seingatku paling sering mendendang ninabobo. Entahlah, apakah aku pernah merasa bosan mendengar dongengnya. Juga entah, pada lagu atau dongeng keberapa biasanya aku terlelap di sampingnya.

Tempat itu bernama Kodim, dan ruang tempat kami berjejal itu seukuran kamar tidur. Di salah satu sisi dindingnya menempel sebentuk meja terbuat dari batu, selaik meja kompor di rumah kami dulu. Tumpukan popok dan baju bayi selalu teronggok di situ. Di ruang itu berbagai kegiatan senantiasa kami lakukan: makan, tidur, berkumpul dan bercanda. Tak kuingat lagi apa warna dinding dan pintu ruang itu, dan barang apa saja yang tersedia di dalamnya. Adakah tempat tidur dan kasur yang melapisi tubuh kecil kami ketika berbaring? Adakah lemari tempat kami menyimpan pakaian atau piring? Adakah meja tulis dan bangku-bangku di mana kami bisa berpanjat-panjatan? Adakah rak di mana buku-buku Bapak biasa disimpan?


Tempat itu bernama Kodim.

Pagi-pagi sekali Mama membangunkan kami untuk mandi. Sekeluar kami dari kamar mandi, biasanya orang-orang besar sudah berkerumun di depan jamban sempit itu. Ada yang jongkok ada yang berdiri. Mereka antri mandi. Seusai mandi kami bermain atau berjalan-jalan berkeliling kompleks. Aku sering melihat dan mendengar orang-orang besar berbisik-bisik. Aku tak tahu kenapa orang-orang itu senang sekali bercakap sambil berbisik-bisik. Bisikan itu ada yang sampai di telingaku, terdengarnya begini: “Ada yang mati lagi! Ada yang mati lagi! Dia ditembak!”. Seraya berlari menghampiri kakak-kakakku, aku lalu mewartakan bisikan yang kudengar itu: “Ada yang mati!, ada yang mati! Dia ditembak!!” Suaraku lantang. Aku bangga bisa mengetahui berita itu lebih dulu ketimbang kakak-kakakku. Tapi Mama bergegas menghampiriku, dan setengah berbisik ia menghentikan seruanku: “Sssttt, anak kecil nggak baik ngomong begitu…” Aku lupa, apakah setelah itu aku masih mendengar bisik-bisik seperti itu. Aku juga lupa, apakah di hari-hari berikutnya mulut kecil-lantangku kembali mengulang berita begitu.


Tempat itu bernama Kodim.

Siang menjelang sore, di suatu hari pada tanggal yang tak pasti. Orang-orang besar sigap menggendong dan bergegas memasukkan kami ke dalam mobil. Mobil itu besar, entah sejenis apa. Rasa-rasanya seperti jip, karena suaranya gagah menderu, membuatku merasa bangga berada di dalamnya. Orang-orang besar bersas-sis-sus berbisik sambil bergegas memasukkan kakak-kakak dan adikku satu per satu ke dalamnya. Ketika itu aku kanak empat tahun, girang alang-kepalang. Mereka membisikkan satu kata yang membangkitkan keriangan: tamasya!!. Ya, tamasya!! Orang-orang besar itu terus berbisik satu sama lain. Tapi apa peduliku? “Hore” adalah kata yang paling tepat menggambarkan suasana hari itu, atau setidaknya begitulah yang kurasakan saat itu. Kami melambai-lambaikan tangan seraya berseru riang pada orang-orang besar berbaju loreng pun berbaju rombeng, yang berdiri di luar mengitari mobil kami. Kami akan segera meninggalkan mereka…

Ya, tempat yang baru saja kami tinggalkan itu bernama Kodim. Aku ingat sekali, di tempat itu kami sering bertanya tentang Bapak kepada Mama. Sepenuh sigap Mama menjawab: “Bapak sedang pergi jauh, jauuuh sekali! Ke luar negeri!!” Bagai bebek sahut-menyahut kami berlomba bertanya, beruntun berderap kejar-mengejar, ingin dijawab paling dulu: “Kapan Bapak pulang, Ma?, kapan Bapak pulang?” “Bawa oleh-oleh, kan, Ma?” “Oleh-oleh apa? Cokelat ya, Ma?”


Kompleks itu bernama Kodim.

Aku tak tahu sejak kapan, bagaimana, mengapa, dan untuk apa kami berada di sana. Aku cuma ingat, beberapa waktu sebelum kami berada di tempat itu, kami sempat sibuk menyambut kedatangan Mama dari rumah sakit. Ia membopong adik terkecil kami - yang baru saja dilahirkan. Kata Mama, adikku itu perempuan, Butet namanya. Aku tak tahu kenapa nama begitu itu diberikan kepada adik kecilku.Yang kutahu, kami semua gembira menyambut kelahiran dan kedatangannya, meskipun Bapak tak ada.


Tempat itu bernama Kodim.

Di sana kami pernah bermain, bernyanyi, menangis, bercanda, makan dan tidur bersama. Di sana ada Mama, aku, empat kakak dan dua adikku. Di sana ada orang-orang besar yang suka berbisik-bisik sambil menggendong dan menemani kami bermain. Di sana juga ada orang-orang besar berbaju loreng yang gemar mondar-mandir.


Tempat itu bernama Kodim.

Di sana tak ada Bapak. Ia pergi jauuuh sekali. Entah kapan kembali.

Jakarta, sepenggal masa kecil yang tak lepas dari ingatan.

iramani-id


===============================================

Sumber dari sini







posted by FerryHZ at 3:39 PM | Permalink | 0 comments
Thursday, December 25, 2008
SEKOLAH MENENGAH UNGGULAN BERASRAMA DAN BEBAS BIAYA

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dengan hormat,
berikut ini kami informasikan pembukaan seleksi siswa baru SMART Ekselensia Indonesia tahun ajaran 2009-2010. Semoga dapat disebarkan ke masyarakat luas melalui lembaga/media Anda.

Terimakasih atas kerjasamanya.


SEKOLAH MENENGAH UNGGULAN BERASRAMA DAN BEBAS BIAYA MEMBUKA PENDAFTARAN SISWA BARU

SMART Ekselensia Indonesia adalah sekolah tingkat menengah berasrama untuk putra di bawah naungan Lembaga Pengembangan Insani (LPI) Dompet Dhuafa. Berlokasi di kawasan Parung, Kabupaten Bogor Jawa Barat, sekolah ini didirikan pada tahun 2004 dan kini memiliki siswa didik berjumlah 174 untuk 5 angkatan.

Sekolah gratis bagi anak-anak yang berprestasi dari seluruh Indonesia ini digagas untuk meningkatkan harkat dan derajat kaum dhuafa melalui program pendidikan dan pembinaan yang komprehensif dan berkesinambungan. Diharapkan, setelah melalui proses pendidikan dan pembinaan di SMART EI, setiap siswa memiliki bekal berkarya untuk bangsa, negara dan agamanya.

Proses seleksi hingga kedatangan calon siswa, serta pendidikan selama berada di kampus SMART EI, tidak dipungut biaya apapun.

Persyaratan Umum
1)Berasal dari keluarga dhuafa (sesuai kriteria Dompet Dhuafa )
2)Laki-laki
3)Lulus/Tamat SD atau sederajat
4)Bersedia untuk mengikuti program belajar 5 tahun atau hingga selesai
5)Memperoleh izin dari orang tua/wali
6)Memiliki prestasi akademik, dengan kriteria rata-rata nilai rapor kelas IV-VI minimal 7,0 (tidak ada nilai 5 di buku rapor); dan/atau mendapat ranking 1-5.
7)Memiliki prestasi kegiatan pendukung, seperti olah raga, kesenian, organisasi, atau keterampilan 
8)Bersedia mengikuti seluruh tahapan seleksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
9)Berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular

Persyaratan Khusus
1)Mengisi formulir pendaftaran calon peserta seleksi
2)Fotokopi rapor kelas IV – VI yang telah dilegalisir oleh sekolah asal.
3)Fotokopi ijasah/STTB/STK
4)Fotokopi piagam penghargaan/sertifikat
5)Surat keterangan tidak mampu dari Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM).
6)Surat Keterangan Gaji/Penghasilan orang tua/wali dan/atau anggota keluarga yang menopang/ikut membantu pendapatan keluarga dari RT atau RW atau Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) setempat.
7)Surat pernyataan/izin mengikuti pendidikan di SMART EI dari orang tua
8)Fotokopi rekening listrik 2 bulan terakhir
9)Fotokopi KTP/Surat Keterangan Domisili Tetap dari RT atau RW.
10)Fotokopi Kartu Keluarga/KK.
11)Pas Foto Calon Peserta ukuran 4 X 6 sebanyak 4 lembar.
Untuk tahun ajaran 2009/2010, pendaftaran siswa baru dibuka mulai tanggal 1 Desember 2008 sampai dengan tanggal 28 Februari 2009, dengan menghubungi:

Panitia Nasional Seleksi SMART Ekselensia Indonesia
Bumi Pengembangan Insani,
Jl. Raya Parung Bogor Desa Jampang Kec. Kemang
Kabupaten Bogor–Jawa Barat 16330
Telp. 0251-8610817 / 8610 818 Ext 21

Untuk calon siswa dari luar Jabodetabek, dapat menghubungi mitra seleksi daerah masing-masing.
Persyaratan dan keterangan lengkap alamat mitra daerah bisa dicek di www.lpi-dd.net

Bogor, November 2008
Vera Darmastuti
Humas Panitia Nasional Seleksi SMART EI 2009


posted by FerryHZ at 2:00 PM | Permalink | 0 comments
Wednesday, December 24, 2008
Sejarah singkat Komik

Merujuk pada pendapat para ahli, awal mula dari komiki odern berawal dari karya-karya-karya satir dan kritik milik seniman semacam Rudolph Töpffer, Wilhelm Bush, Christophe, atau Angelo Agostini (seniman komik asal Brazil yang pertama).

Rudolph Töpffer – Kelahiran novel grafis

Pada tahun 1827, seorang warga Swiss bernama Rudolphe Töpffer membuat cerita dengan rangkaian gambar dan melanjutkan dengan menerbitkan tujuh novel grafis.

Tahun 1837, "The Adventures of Obadiah Oldbuck" di terbitkan oleh Rudolphe Töpffer dan kemudian tercatat sebagai buku komik yang pertama.

Tahun 1842, "The Adventures of Obadiah Oldbuck" menjadi buku komik pertama yang diterbitkan di Amerika.

"Obadiah Oldbuck" terdiri dari empatpuluh halaman. Setiap halamannya terdiri dari beberapa panel gambar dengan teks yang ditulis di bawahnya.

Wilhelm Bush

Tahun 1859, seorang penulis puisi dan seniman asal Jerman, Wilhelm Bush menerbitkan karikatur pada koran Fliegende Blätter.

Pada tahun 1865, dia menerbitkan komik yang kemudian mejadi terkenal berjudul "Max und Moritz".

Yellow Kid

Pada tahun 1895, komik dengan judul "Yellow Kid" diciptakan oleh Richard Outcault dan lebih di hargai sebagai karya komik yang pertama. Alasannya adalah karena Richard Outcault menambahkan balon bicara pada karakternya sebagai penanda percakapan.

Tampilan komik "Yellow Kid"


Sumber dari sini



posted by FerryHZ at 9:30 AM | Permalink | 0 comments
Tuesday, December 23, 2008
Hari baik untuk group penulisku


Hari ini ketemu dengan beberapa orang dari dunia penulisan. Editor dan beberapa penulis. Percakapan-percakapan seru soal buku lalu mengarah ke group penulisan saya. Lalu berujung pada tawaran kerjasama untuka membuat naskah. Kebetulan group penulis saya memiliki beberapa naskah jadi yang belum di publish dan sang editor sangat tertarik untuk menerbitkannya di penerbitan tempat dia bekerja.Pucuk dicinta ulam tiba.

Kesepakatan awal dan bentuk kerjasama segera kami bicarakan, belum selesai total tapi langkah ke arah produktif sudah terlihat. Terutama untuk group penulisku.

Hari selasa yang “baik”. Semoga hari Rabu dan seterusnya mengikuti peristiwa baik yang menyertai.

Amiiinnn…

posted by FerryHZ at 1:27 PM | Permalink | 0 comments
Thursday, December 18, 2008
Maharaja Jayabhaya

Maharaja Jayabhaya adalah raja Kadiri yang memerintah sekitar tahun 1135-1157. Nama gelar lengkapnya adalah Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa.

Pemerintahan Jayabhaya

Pemerintahan Jayabhaya dianggap sebagai masa kejayaan Kadiri. Peninggalan sejarahnya berupa prasasti Hantang (1135), prasasti Talan (1136), dan prasasti Jepun (1144), serta Kakawin Bharatayuddha (1157).

Pada prasasti Hantang, atau biasa juga disebut prasasti Ngantang, terdapat semboyan Panjalu Jayati, yang artinya Kadiri menang. Prasasti ini dikeluarkan sebagai piagam pengesahan anugerah untuk penduduk desa Ngantang yang setia pada Kadiri selama perang melawan Janggala.

Dari prasasti tersebut dapat diketahui kalau Jayabhaya adalah raja yang berhasil mengalahkan Janggala dan mempersatukannya kembali dengan Kadiri.

Kemenangan Jayabhaya atas Janggala disimbolkan sebagai kemenangan Pandawa atas Korawa dalam kakawin Bharatayuddha yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh tahun 1157.

Jayabhaya dalam Tradisi Jawa

Nama besar Jayabhaya tercatat dalam ingatan masyarakat Jawa, sehingga namanya muncul dalam kesusastraan Jawa zaman Mataram Islam atau sesudahnya sebagai Prabu Jayabaya. Contoh naskah yang menyinggung tentang Jayabaya adalah Babad Tanah Jawi dan Serat Aji Pamasa.

Dikisahkan Jayabaya adalah titisan Wisnu. Negaranya bernama Widarba yang beribu kota di Mamenang. Ayahnya bernama Gendrayana, putra Yudayana, putra Parikesit, putra Abimanyu, putra Arjuna dari keluarga Pandawa.

Permaisuri Jayabaya bernama Dewi Sara. Lahir darinya Jayaamijaya, Dewi Pramesti, Dewi Pramuni, dan Dewi Sasanti. Jayaamijaya menurunkan raja-raja tanah Jawa, bahkan sampai Majapahit dan Mataram Islam. Sedangkan Pramesti menikah dengan Astradarma raja Yawastina, melahirkan Anglingdarma raja Malawapati.

Jayabaya turun takhta pada usia tua. Ia dikisahkan moksha di desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri. Tempat petilasannya tersebut dikeramatkan oleh penduduk setempat dan masih ramai dikunjungi sampai sekarang.

Prabu Jayabaya adalah tokoh yang identik dengan ramalan masa depan Nusantara. Terdapat beberapa naskah yang berisi “Ramalan Joyoboyo”, antara lain Serat Jayabaya Musarar, Serat Pranitiwakya, dan lain sebagainya.

Dikisahkan dalam Serat Jayabaya Musarar, pada suatu hari Jayabaya berguru pada seorang ulama bernama Maolana Ngali Samsujen. Dari ulama tersebut, Jayabaya mendapat gambaran tentang keadaan Pulau Jawa sejak zaman diisi oleh Aji Saka sampai datangnya hari Kiamat.

Dari nama guru Jayabaya di atas dapat diketahui kalau naskah serat tersebut ditulis pada zaman berkembangnya Islam di Pulau Jawa. Tidak diketahui dengan pasti siapa penulis ramalan-ramalan Jayabaya. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat saat itu untuk mematuhi ucapan tokoh besar. Maka, si penulis naskah pun mengatakan kalau ramalannya adalah ucapan langsung Prabu Jayabaya, seorang raja besar dari Kadiri.

Tokoh pujangga besar yang juga ahli ramalan dari Surakarta bernama Ranggawarsita sering disebut sebagai penulis naskah-naskah Ramalan Jayabaya. Akan tetapi, Ranggawarsita biasa menyisipkan namanya dalam naskah-naskah tulisannya, sedangkan naskah-naskah Ramalan Jayabaya pada umumnya bersifat anonim.


Bait atau ramalan Jayabaya

Anda dapat mendownloadnya pada attachment yang saya sertakan


posted by FerryHZ at 6:56 PM | Permalink | 0 comments
Wednesday, December 17, 2008
Solidaritas untuk NH Dini

Dari diskusi goodreads, solidaritas untuk NH. Dini.

====================================================

Sebuah email mampir kepadaku pagi ini:

Kamu ingat wanita pengarang "Hiroko", NH Dini? Di usia senja, beliau kini tinggal di Wisma Langen Werdhasih, Ungaran (Rumah Lansia) dan sedang mengalami kesulitan dana untuk membiayai kesehatannya. Oleh karena itu, beliau hendak menjual lukisannya yang bergaya dekoratif Tionghoa seharga 3-7 juta.

Nah, jika kamu berminat, silakan hubungi Ariany Isnamurti di 08179883592. Jika belum berminat, tolong bantu sebarkan informasi ini saja. Terima kasih.

Salam,
Fifi Juljel


SIAPA tak kenal NH. Dini? Pengarang perempuan yang menulis Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975), Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), Hati yang Damai (1998). Nama sebenarnya Nurhayati Hardini, tapi orang kemudian mengenalnya NH. Dini.

Menjadi pengarang di usia tua tidaklah mudah. Baru di umurnya yang lanjut, ia menerima royalti honorarium yang hanya cukup menutupi biaya hidup sehari-hari. Tahun-tahun sebelumnya ia mengaku masih menjadi parasit. Ia banyak dibantu oleh teman-temannya untuk menutupi biaya makan dan pengobatan.

Tahun 1996-2000, ia sempat menjual-jual barang. Dulu, sewaktu masih di Prancis, ia sering dititipi tanaman, kucing, hamster, kalau pemiliknya pergi liburan. Ketika mereka pulang, ia mendapat jam tangan dan giwang emas sebagai upah menjaga hewan peliharaan mereka. Barang-barang inilah yang ia jual untuk hidup sampai tahun 2000.

Dini kemudian sakit keras hepatitis-B selama 14 hari. Biaya pengobatannya dibantu oleh Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto. Karena ia sakit, ia juga menjalani USG, yang hasilnya menyatakan ada batu di empedunya. Biaya operasi sebesar tujuh juta rupiah serta biaya lain-lain memaksa ia harus membayar biaya total sebesar 11 juta.

Aku speechless...

Yuk, kita berbuat sesuatu untuknya dan juga kepada pengarang-pengarang lanjut usia lainnya. Aku pikir mereka pasti akan senang dikunjungi oleh para pembacanya...


salam,
Amang Suramang

 

posted by FerryHZ at 8:19 AM | Permalink | 0 comments
Tuesday, December 16, 2008
Makhluk tercepat di muka bumi


Makhluk tercepat di darat

1. Cheetah 70 mil per jam (113 km per jam)
2. Rusa Pronghorn 61mil per jam (98 km per jam)
3. Wildebeest (sejenis kerbau liar) 50 mil per jam (80 km per jam)
4. Singa 50 mil per jam (80 km per jam)
5. Thomson Gazelle (sejenis rusa) 50 mil per jam (80 km per jam)

Makhluk tercepat di air

1. Ikan gergaji (Istiophorus platypterus) 68 mil per jam (109 km per jam)
2. Ikan pedang (Xiphias gladius) 60 mil per jam (97 km per jam)
3. Ikan Marlin (Makaira) 50 mil per jam (80 km per jam)
4. Ikan Wahoo (Acanthocybium solandri) (47.88 mil per jam 75.6 km per jam)
5. Ikan Yellowfin Tuna (Thunnus albacares) leaping 46.35 mil per jam (74. 6 km per jam)


Makhluk tercepat di udara

1. Burung layang-layang dapat terbang hingga kecepatan 106 mil per jam (171 km per jam).

2. Elang Peregrine dapat terbang rata-rata pada kecepatan 25-34 mil per jam (40-55 km/h) pada penerbangan biasa, meningkat menjadi 69 mil per jam (112 km/h) ketika sedsang memburu mangsa dan dapat mencapai kecepatan 242 mil per jam (389 km/h) ketika sedang menukik.

Dari semua binatang yang ada di muka bumi, maka elang peregrine adalah yang tercepat.

posted by FerryHZ at 1:44 PM | Permalink | 0 comments
Friday, December 12, 2008
Lier

'Bullshit' must be a rattle snake as it rolls down your tongue,


it hisses, fizzes and misses me as it shoots out from your cannon hole unstrung


so sweet like icing you convey 'your truth'


'I did not mean what i said' when you know yourself you did


your eyes and facial expression trying to win an auction bid


I'd love to tell you 'your a lier', but with you there's no 'bitter truth'


you convince yourself 'i'm telling the truth' to someone in the same phone booth


a single truth journeys a million miles, and your million lies wont last a single yard


but you liers dont 'journey' on this truth, so will only live a life thats hard.


posted by FerryHZ at 8:23 PM | Permalink | 0 comments
Wednesday, December 10, 2008
Slow Dance


This is a poem written by a teenager with cancer. She wants to see how many people get her poem. It is quite the poem. Please pass it on.


This poem was written by a terminally ill young girl in a New York Hospital.


It was sent by a medical doctor - Make sure to read what is in the closing statement AFTER THE POEM.
------------------------------------------

SLOW DANCE


Have you ever watched kids

On a merry-go-round?

Or listened to the rain

Slapping on the ground?

Ever followed a butterfly's erratic flight?

Or gazed at the sun into the fading night?

You better slow down.

Don't dance so fast.

Time is short.

The music won't last.


Do you run through each day

On the fly?

When you ask How are you?

Do you hear the reply?

When the day is done

Do you lie in your bed

With the next hundred chores

Running through your head?

You'd better slow down

Don't dance so fast.

Time is short.

The music won't last.


Ever told your child,

We'll do it tomorrow?

And in your haste,

Not see his sorrow?

Ever lost touch,

Let a good friendship die

Cause you never had time

To call and say,"Hi"

You'd better slow down.

Don't dance so fast.

Time is short.

The music won't last.

When you run so fast to get somewhere

You miss half the fun of getting there.

When you worry and hurry through your day,

It is like an unopened gift....

Thrown away.

Life is not a race.

Do take it slower

Hear the music

Before the song is over.

--------------------


FORWARDED E-MAILS ARE TRACKED TO OBTAIN THE TOTAL COUNT.


Dear All:


PLEASE pass this mail on to everyone you know - even to those you don't know! It is the request of a special girl who will soon leave this world due to cancer.
This young girl has 6 months left to live, and as her dying wish, she wanted to send a letter telling everyone to live their life to the fullest, since she never will.
She'll never make it to prom, graduate from high school, or get married and have a family of her own.
By you sending this to as many people as possible, you can give her and her family a little hope, because with every name that this is sent to, The American Cancer Society will donate 3 cents per name to her treatment and recovery plan. One guy sent this to 500 people! So I know that we can at least send it to 5 or 6. It's not even your money, just your time!
PLEASE PASS ON AS A LAST REQUEST


posted by FerryHZ at 9:32 PM | Permalink | 0 comments
Tuesday, December 9, 2008
Definition of Death



Death is by my sight today, like a well trodden way…

Death is by my sight today, like the longing of a man

to see home…



I am laden with misery…

What my soul said to me.

Put care aside, my comrade and brother.

Make an offering on the brazier and cling to life…



Unnamed Egyptian writer, between 2000 and 1740 BC on papyrus in hieroglyphics





posted by FerryHZ at 10:24 AM | Permalink | 0 comments
Monday, December 8, 2008
Death is by my sight

Death is by my sight today, like a well trodden way…

Death is by my sight today, like the longing of a man

to see home…

I am laden with misery…

What my soul said to me.

Put care aside, my comrade and brother.

Make an offering on the brazier and cling to life…

nnamed Egyptian writer between 2000 and 1740 BC on papyrus in hieroglyphics



posted by FerryHZ at 4:27 PM | Permalink | 0 comments