(function() { (function(){function b(g){this.t={};this.tick=function(h,m,f){var n=void 0!=f?f:(new Date).getTime();this.t[h]=[n,m];if(void 0==f)try{window.console.timeStamp("CSI/"+h)}catch(q){}};this.getStartTickTime=function(){return this.t.start[0]};this.tick("start",null,g)}var a;if(window.performance)var e=(a=window.performance.timing)&&a.responseStart;var p=0=c&&(window.jstiming.srt=e-c)}if(a){var d=window.jstiming.load; 0=c&&(d.tick("_wtsrt",void 0,c),d.tick("wtsrt_","_wtsrt",e),d.tick("tbsd_","wtsrt_"))}try{a=null,window.chrome&&window.chrome.csi&&(a=Math.floor(window.chrome.csi().pageT),d&&0=b&&window.jstiming.load.tick("aft")};var k=!1;function l(){k||(k=!0,window.jstiming.load.tick("firstScrollTime"))}window.addEventListener?window.addEventListener("scroll",l,!1):window.attachEvent("onscroll",l); })();

Wednesday, April 30, 2008
Daftar Lengkap Nama Phobia


Ferry Herlambang



Kita sering mendengar istilah phobia, yang berarti takut pada sesuatu dengan kadar yang berlebihan. Istilah ini di gunakan untuk menyebut ketakutan seseorang terhadap sesuatu misalnya takut terhadap ruangan sempit, takut ketinggian atau takut pada gelap. Ada puluhan bahkan ratusan phobia, di bawah ini adalah daftar nama phobia yang bisa menambah wawasan dan pengetahuan anda.





Takut pada

Nama

Kecelakaan

dystychiphobia

Tua

gerascophobia

Sakit karena ketinggian

aeronausiphobia

Terbang

aerophobia (see also flying)

alkohol

methyphobia

Meminum alkohol

dipsophobia

Sendirian

autophobia

Makhluk Amphibi

batrachophobia

Susah tidur

amnesiophobia

Binatang

zoophobia

Binatang liar

agrizoophobia

Menjadi marah

angrophobia

Kulit binatang

doraphobia

Semut

Pmyrmecophobia

Benda yang tak simetris

asymmetriphobia

ataxia

ataxiophobia

Energy atom

nucleomitophobia

Ledakan atom

atomosophobia

Serangan

scelerophobia

Cahaya aurora

auroraphobia

Kendaraan bermotor

motorphobia

Orang jahat

scelerophibia

bakteria

bacillophobia

menjadi botak

phalacrophobia

kebotakan

peladophobia

Mandi berendam

bathophobia (see also depth)

beards

pogonophobia

Di gigit sesuatu

rhabdophobia (see also magic)

Tidur

clinophobia

Lebah

apiphobia

Pengemis

hobophobia

bearing a deformed child or deformed people

teratophobia

Dinilai buruk oleh lingkungan

social phobia

Sepeda

ornithophobia

Burung

melanophobia

Warna hitam

scotomaphobia

blindness in visual field

cyclophobia

darah

hemaphobia

blushing

erythrophobia (see also red)

body odour

bromhidrosiphobia

bogies or the bogeyman

bogyphobia

Bolsheviks

Bolshephobia

books

bibliophobia

bound (being) or tied up

merinthophobia

bowel movements (painful)

defecaloesiophobia

brain disease

meningitophobia

bridges (crossing)

gephyrophobia

buildings (high)

batophobia

Peluru

ballistophobia (see also missiles)

Banteng

taurophobia

Di kubur hidup-hidup

taphephobia

Kanker

carcinomophobia

Kucing

ailurophobia

Celts, Celtic

Celtophobia

Kuburan

coimetrophobia

certain places

topophobia (see also performing)

challenges to official doctrine or of radical deviation

heresyphobia or hereiophobia

changes

metathesiophobia

changes (making)

tropophobia

Bahan kimia dan pekerjaan kimia

chemophobia

Ayam

alektorophobia

childbirth or pregnancy

tocophobia

China, Chinese

Sinophobia

chins

geniophobia

choking or of being smothered

pnigophobia

Kolera

cholerophobia

Jam

chronomentrophobia

clothes

vestiophobia

Awan

nephophobia

clowns

coulrophobia

Gereja

ecclesiophobia

coitus

coitophobia

cold

cheimaphobia

Warna

chromophobia

Komet

cometophobia

Perhitungan rumit

Hellenologophobia

Komputer

computerphobia

constipation

coprostasophobia

contagious (being)

tapinophobia

Memasak

mageirocophobia

cosmic

kosmikophobia

Menyebrang jalan

agiophobia

crowded rooms

koinoniphobia

crowds

demophobia

crucifixes or crosses

staurophobia

Kristal dari gelas

crystallophobia

dampness, liquids or moisture

hygrophobia

Menari

chorophobia

kegelapan

nyctophobia

dawn

eosophobia

siang hari

phengophobia

kematian

necrophobia

decaying matter

septophobia

membuat keputusan

decidophobia

defecation (painful)

defecalgesiophobia

deformity

dysmorphophobia

Setan dan siluman

bogyphobia

dokter gigi

dentophobia

dependence on others

soteriophobia

kedalaman

bathophobia (see also bathing)

Setan dan roh

demonophobia

diabetes

diabetophobia

Makan malam dan percakapannya

deipnophobia

Kotoran

mysophobia

dirt (on oneself)

automysophobia

Penyakit

bisiogibua

disease (hereditary)

patriophobia

disease, illness

pathophobia

disease (particular)

monopathophobia

disease (rectal or rectum)

proctophobia or rectophobia

disease (skin)

dermatosiophobia

dizziness or whirlpools

dinophobia

doctors

iatrophobia

Anjing

cynophobia

Boneka dan anak-anak

pedophobia

double vision

diplopiaphobia

draughts, fresh air, air swallowing

aerophobia (see also flying)

draughts, winds

anemophobia

Mimpi

oneirophobia

Mimpi basah

oneirogmophobia

minuman beralkohol

potophobia

mabuk

pharmacophobia

drugs (new)

neopharmaphobia

dryness

xerophobia

debu

amathophobia

Dutch

dutchphobia

tugas atau tanggungjawab

paralipophobia



posted by FerryHZ at 6:15 PM | Permalink | 0 comments
Messerschmitt Bf 109, pesawat pemburu andalan Jerman pada PD II

Ferry Herlambang


Messerschmitt 109 dan variannya adalah pesawat tempur andalan Jerman selama PD II. Pesawat ini terkenal sangat lincah, mampu bermanuver dengan cepat dan di lengkapi persenjataan yang mematikan. Orisinalnya adalah Bf109 V1 yang di desain pada tahun 1935 dan di fungsikan sebagai pesawat fighter. Menggunakan mesin Rolls Royce Kestrel 695 hp, pesawat ini memiliki sebuah kokpit tertutup dan bagasi yang dapat di tarik. Dua varian selanjutnya yaitu Bf109 V2 dan Bf109 V3 memiliki mesin Junkers Jumo 210A 680hp. Keduanya mulai mengudara pada bulan Juni 1936.

Pada bulan Desember 1936, varian V4 dan V5 di kirim ke Spanyol untuk evaluasi dan uji coba. keduanya di desain ulang menjadi Bf109B-0 yang di beri mesin Jumo 210D dan di persenjatai dengan dua buah senapan mesin 7.9mm. Tugas pertama Bf109 di lakukan oleh legiun Condor di Spanyol, yang di gunakan adalah variannya yaitu 109B, di awal tahun 1938, Bf109C yang menggunakan mesin Jumo 210Ga dengan bahan bakar injeksi dan di lengkapi dua senapan mesin mulai di gunakan. Tahun 1938, Bf109D yang menggunakan mesin Jumo 210Da dengan karburator mulai beroperasi.

Kebanyakan dari model pesawat Bf109 dalam pengembangannya masih membawa desain dasar dari seri V. Baru di tahun 1937, pada model Bf109 V10 di lakukan eksperimen menggunakan mesin Daimler Benz DB 600A dengan karburator. Setelah serangkaian uji coba, akhirnya Bf109 V15 di beri mesin Daimler Benz DB 601A dengan injeksi bahan bakar langsung dan teanaganya meningkat sampai 1,175 hp. Variant selanjutnya adalah Bf109E-1, lalu Bf109E-3 di perkenalkan di awal tahun 1940. Perbedaab antara E-1 dan E-3 adalah penambahan 2 senjata 20mm MG FF cannon.

Selama di gunakan dalam PD II dan pada pertempuran di Inggris (terkenal sebagai Battle of Britain), tidak di ragukan lagi bahwa pesawat ini adalah pesawat single seater dan single engine fighters yang sangat di takuti. Di bandingkan dengan pesawat yang di gunakan Inggris saat itu, Hurricane dan Spitfire, pesawat ini masih memiliki banyak keunggulan.

Varian lainnya adalah Bf 109E-4/B yang di gunakan sebagai pesawat pembom yang mampu membawa satu buah bom seberat 550lb atau empat bom seberat 110lb. Varian selanjutnya adalah Bf109T, huruf T menunjukkan 'Träger' dalam bahasa Inggris artinya 'Carrier' atau pengangkut.



posted by FerryHZ at 6:00 PM | Permalink | 0 comments
Untuk Kesembuhan Pak Gola Gong



Masih ingat kisah balada si Roy? Penulisnya, Pak Golagong sekarang sedang terbaring sakit. Semoga penerusan info ini berguna dan semoga cepat sembuh untuk Pak Golagong.


Artikel ini saya copas dari salah satu rekan MP:

http://peduli.multiply.com/journal/item/127/



=======================================================================





Assalaamu’alaykum warahmatullahi wabarakaatuh,

Saudaraku yang dirahmati Allah SWT…

Tiga hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 18/03/08 Teh Pipiet Senja memforward sms dari Pak Gola Gong yang isinya : “Tolong Sobat, pengapuran di leher harus intensif. Saya butuh 20 Juta lagi untuk biaya 1 bulan.Mungkin bisa pinjem 3 Juta sebagai DP. Nanti barter buku terbaru. Saya bawa laptop ke rumah sakit”

SMS tanggal 19/03/08 : “Duduk di taman rumah sakit. Gerimis. Leher yang pengapuran disangga collar neck. Kuhitung sisa usiaku. Semoga Allah menganugerahiku kesehatan lagi. Aku rindu sehatNya. Amiin”

Akhirnya, kemarin (20/03/08) saya coba sms Pak Gola Gong langsung. Saya minta izin untuk mempublish kisah beliau ke internet dalam rangka penggalangan bantuan. Alhamdulillah, Pak Gola Gong memberikan izin. Hari ini (21/03/08) kembali Pak Gola Gong mengirimkan sms ke saya : “...kondisi tangan yang kesemutan akibat pengapuran di leher, membuat saya tidak bisa optimal ngetik...”.

Ya Allah, dalam kondisi sakit seperti itu...harusnya Pak Gola Gong harus banyak istirahat. Akhirnya saya coba telepon Pak Gola Gong langsung, tapi yang mengangkat istrinya. Saat ini Pak Gola Gong masih dirawat di Rumah Sakit Holistik Purwakarta. Ketika saya tanyakan mengenai biaya pengobatannya, dalam seminggu +/- Rp 5.000.000, dan ternyata Pak Gola Gong sudah dirawat selama 3 minggu. Hingga hari ini belum diketahui kapan Pak Gola Gong bisa pulang dari Rumah Sakit.

Saudaraku yang dirahmati Allah SWT...

Gola Gong, bagi yang suka membaca novel...mungkin nama itu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Info tentang beliau, bisa juga dilihat di www.rumahdunia.net. Awal Tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Januari 2007 sebenarnya saya pernah mempublish kisah beliau. Mungkin karena waktu itu saya tidak menyebutkan nama beliau secara langsung, penggalangan bantuan alhamdulillah terkumpul Rp 710.000, dan Portalinfaq sudah menyalurkan semua dana tersebut ke beliau.

Dengan ini, kembali saya ingin mengetuk pintu kepedulian para donatur di manapun berada demi kesembuhan Pak Gola Gong. Sesuai dengan sms Pak Gola Gong tadi malam, sebenarnya beliau malu untuk penggalangan dana ini, tapi beliau memang sudah mundur dari RCTI, beliau ingin sehat dan berjihad lagi di dunia pendidikan. Oleh karenanya mohon bantuan do’a untuk kesembuhan Pak Gola Gong. Bantuan dana untuk beliau, seperti biasa bisa ditransfer ke rekening atas nama Yayasan Portalinfaq sebagai berikut :

- Bank Syariah Mandiri Cab. Warung Buncit No. Rek. 0030035790

- Bank Mandiri Cab. Kuningan No. Rek. 124-0001079798

- BCA Cab. Arteri Pondok Indah No. Rek. 291-307-0003

Untuk memudahkan pencatatan serta penyaluran setelah transfer kami mohon keikhlasannya untuk mengirimkan konfirmasi ke Kosi via SMS ke 08128510372 atau email ukhti.kosi@gmail.com atau YM : anak_ngw dengan mengetik : GOLA GONG, Nama Bank dan Jumlah Bantuan.

Tiada kata yang bisa kami sampaikan selain ucapan beribu terima kasih atas perhatian dan bantuan yang Bapak dan Ibu berikan untuk Pak Gola Gong, semoga Allah SWT membalasnya dengan balasan yang lebih baik, amiin...Dengan senang hati jika tulisan ini bisa dilink dan diforward ke rekan dan saudara yang lainnya. Mohon maaf atas segala salah & khilaf...

Wassalaamu'alaykum warahmatullahi wabarakaatuh,

Kosi




posted by FerryHZ at 10:12 AM | Permalink | 0 comments
Hikayat Siti Mariah, satu-satunya karya sastra dari era tanam paksa


Sinopis

Hikayat Siti Mariah adalah sebuah hikayat dalam arti sesungguhnya, yakni sebuah cerita petualangan yang hebat dari tokoh-tokoh utamanya yang di dalamnya juga terkandung kejadian-kejadian supernatural.

Hikayat Siti Mariah ini menceritakan petualangan dan kisah roman di seputar dunia pernyaian atau pergundikan dengan tokoh utamanya, Siti Mariah, di jaman kolonial Hindia Belanda. Hikayat ini banyak mengungkap situasi mengenai dunia per-nyai-an di Indonesia pada jaman kolonial. Pernyaian atau pergundikan adalah lembaga perkawinan tanpa pengesahan dari negara maupun agama. Lembaga perkawinan ini terjadi karena pihak pria dalam posisi sosial-ekonomi yang lebih tinggi ketimbang pihak perempuan.

Praktik pergundikan semacam ini lazim terjadi pada masa kolonial. Seorang pria kolonial, atau dalam hal ini penjajah Belanda, sebelum menikah resmi dengan perempuan bangsanya sendiri atau yang sederajat biasanya mengambil seorang atau beberapa gadis pribumi untuk dijadikan gundik atau nyai atau istri tidak resmi. Kendati para nyai itu layaknya hidup sebagai seorang istri dan bahkan mempunyai anak dari pria kolonial, namun ia harus rela meninggalkan kehidupannya sebagai nyai manakala pria kolonial tersebut memutuskan menikah dengan perempuan bangsanya sendiri. Sebagai konsekuensinya ia bahkan harus rela melupakan bahwa ia pernah bersuami dan mempunyai anak yang pernah dilahirkannya.

Diceritakan bahwa Siti Mariah adalah anak di luar perkawinan antara Elout van Hogerveldt, seorang kontrolir tebu, dengan seorang gadis pribumi bernama Sarinem. Ketika lahir, Siti Mariah dinamai Urip. Ia diberi nama Urip karena pernah jatuh sewaktu lahir, namun bisa tetap hidup atau urip. Urip tidak pernah mengenal ayah kandungnya sendiri karena sewaktu ia masih dalam kandungan, ayah kandungnya, Elout van Hogerveldt, telah meninggal. Urip pernah hampir dibuang ke jurang oleh Wongsodorono, seorang petani bertabiat buruk yang tak lain adalah ayah tirinya sendiri, sewaktu masih berumur sebelas bulan. Sarinem, ibu Urip, dipaksa kawin dengan Wongsodorono oleh ayahnya sewaktu hamil 7 bulan. Namun, Urip masih beruntung tidak jadi dibuang karena Wongsodorono akhirnya menjual Urip kepada Joyopranoto, seorang mandor gula di Sokaraja yang sudah lama berkeluarga namun belum punya anak. Urip kemudian tumbuh menjadi gadis indo yang cantik dengan nama Siti Mariah. Kisah petualangan dan roman Siti Mariah dimulai ketika ia mulai menjalin cinta dengan seorang opsiner gula bernama Henry Dam. Ia kemudian dijadikan nyai oleh Dam dan memperoleh anak darinya yang diberi nama Ari.

Namun, kebahagiaan Mariah ternyata tidak berlangsung lama. Kehidupan rumah tangganya terusik lantaran pengaruh Nyonya van Holstein, pemilik pabrik gula tempat Dam bekerja. Dengan segala cara, termasuk dengan menggunakan jasa dukun, Nyonya van Holstein mempengaruhi Henry Dam untuk menjauhi Siti Mariah sehingga Henry Dam dapat menikahi putrinya Nona Lucie. Usaha tersebut berhasil, Mariah dipaksa keluar dari kehidupan Dam dan ia pun harus berpisah dengan anaknya, Ari. Setelah sempat kabur dari rumah keluarganya, menyamar jadi jongos dan menjadi Nyonya Esobier, Siti Mariah akhirnya dipertemukan kembali dengan Henry Dam dan anaknya, Sinyo Ari, berkat bantuan Sondari. Seperti juga dengan hikayat-hikayat lain, sang tokoh cerita akan memperoleh kemenangan setelah melewati petualangan yang hebat.

Sejarah novel

Hikayat Siti Mariah merupakan satu-satunya karya sastra pra-Indonesia pada jaman tanam paksa (cultuur stelsel) antara tahun 1830-1890.

Buku ini karangan Hadji Moekti. Tidak diketahui siapa sebenarnya Haji Moekti, tidak diketahui juga apakah nama samaran atau nama sesungguhnya.

Hikayat Siti Mariah menduduki posisi yang cukup penting bagi sejarah perkembangan sastra pra-Indonesia karena merupakan satu-satunya karya sastra pra-Indonesia pada zaman tanam paksa (cultuur stelsel) antara tahun 1830-1890. Seperti yang tercantum dalam sampul buku tersebut yang berbunyi: "satu-satunya roman kurun ’tanam paksa’ 1830-1890".

Bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu linguafranca. Pada masa itu atau saat Pemerintah Kolonial Hindia Belanda menjalankan politik etis, perkembangan sastra ditandai dengan adanya penggolongan sastra, yakni sastra yang "diakui" kekuasaan dan yang "tidak diakui" kekuasaan. Sastra dalam bahasa Melayu linguafranca masuk dalam kategori yang "tidak diakui" kekuasaan, akibatnya sastra tersebut dianggap sebagai sastra rendahan, bahkan Melayu linguafranca sering disebut sebagai Melayu pasar atau Melayu rendah

Pertama kali diterbitkan dalam bentuk cerita bersambung di surat kabar Medan Prijaji yang dipimpin RM Tirto Adhi Soerjo di Bandung antara tahun 1910-1912. Kemudian masih dalam bentuk cerita bersambung, kurang lebih 50 tahun kemudian Lentera menerbitkannya kembali antara kurun waktu tahun 1962-1965 dengan editor Piet Santoso Istanto. Diterbitkan kembali dalam bentuk buku oleh Hasta Mitra pada 1987, dengan editor Pramoedya Ananta Toer.

Pelarangan

Hikayat Siti Mariah diterbitkan kembali oleh Hasta Mitra dalam bentuk buku tahun 1987. Saat itu pada masa Orde Baru, tahun 1988, buku Hikayat Siti Mariah bersama buku Gadis Pantai karya Pramoedya, dilarang peredarannya oleh Kejaksaan Agung berdasarkan Surat Keputusan Kejaksaan Agung Nomor Kep-081/J.A/8/1988.

Pada tanggal 28 Agustus tahun 2000 berdasarkan Surat Keputusan Jaksa Agung Nomor Kep-223/J.A/08/2000 mencabut pelarangan peredaran buku- buku karangan Pramoedya, termasuk di dalamnya buku Hikayat Siti Mariah. Tahun 2003 Hikayat Siti Mariah kembali diterbitkan oleh Penerbit Lentera Dipantara.

Sumber:
http://id.wikipedia.org




posted by FerryHZ at 1:01 AM | Permalink | 0 comments
Monday, April 28, 2008
(CERPEN JADUL): SAMPAI MAUT MEMISAHKAN


Cerpen lama ketemu pas bongkar-bongkar file. Nostalgia dengan gaya penulisan lama.

====================================================================


Sofia duduk di kursi teras depan rumah. Matahari telah habis sinarnya di gantikan terangnya sinar bulan. Sinar penuh bulan purnama. Mbok Mi yang mencoba menemaninya telah masuk ke dalam ketika omongannya tidak satupun di tanggapi oleh Sofia. Bahkan dengan galak Sofia menatap tajam padanya, tidak berbicara sepatah katapun tetapi isyaratnya jelas, mbok Ni harus masuk ke dalam.

“Aku ingin sendiri mbok. Tinggalkan aku,” begitu kata Sofia, tepat ketika mbok Mi duduk di sisinya. Dan ketika mbok mulai berbicara, tatapan galak Sofia segera berbicara membuat mbok Mi kehilangan keberanian untuk tetap berada di dekatnya. Dia segera berlalu menuju ruang tamu.

“Saya kasihan sama nonik, Den. Seharian dia hanya termenung, makanan yang saya siapkan juga tidak di sentuh sama sekali.” Mbok Mi memelas mengadu pada Papa Sofia di ruang tamu.

“Lakukan sesuatu, Pa. Apapun, aku tak tega melihat Sofia terus-terusan seperti ini…” suara mama Sofia tidak kalah memelasnya. Kekhawatiran seorang ibu pada putri tunggalnya.

“Sabarlah barang sebentar, ma. Beri dia waktu. Aku yakin semuanya akan normal lagi beberapa waktu ke depan. Bersabar, ya…” suara papa Sofia lembut mencoba meyakinkan istrinya.

Dan dirinya sendiri.

ooOOoo

Sabtu sore. Hari yang ku tunggu-tunggu.

Di jam begini Sofia tentu telah mandi, berdandan dan memakai minyak wangi kesukaanku yang sengaja di pakainya di hari Sabtu. Parfum dengan aroma melati dan sedikit kayu cendana yang memabukkan. Aku bayangkan dia dengan T-shirt putih bergambar kepala plontos yang sedang mengintip bertuliskan “Now What” dan Jeans belel sebetis yang sering di pakainya. Sofia memang cantik. Seringkali aku memanggilnya Sofia cantikku. Wajahnya memerah luar biasa ketika pertama kali aku memanggilnya begitu. Norak, begitu dia berusaha mengelak. Tapi aku lihat ada senyum di sudut bibirnya, tak tertahankan walau dia mati-matian menyembunyikannya dari pandanganku. Selanjutnya, aku tetap memanggilnya begitu.

Aku teringat masa-masa pertama kali mengenal Sofia. Dia adik kelasku. Aku kelas dua dan dia kelas satu. Kami sama-sama aktif di OSIS dan di tempat itulah pertama kali kami bertemu. Mataku tidak bisa lepas dari Sofia sejak dia memasuki ruang OSIS buat pertama kalinya. Dia datang bersama beberapa teman ceweknya lalu duduk di deret bangku paling belakang, berusaha bersembunyi di balik teman-teman ceweknya. Selama pertemuan itu berkali-kali aku mencuri pandang menunggu datangnya nasib baik dan keberuntunganku.

Akhirnya keberuntunganku yang pertama datang ketika dia mengajukan pertanyaan dan aku memiliki kompetensi untuk menjawabnya. Mata kami jadi sering bertatapan ketika itu. Keberuntungan keduaku datang ketika aku bertugas untuk membagikan snack dan minuman. Mata kami jadi lebih sering bertemu. Dan keberuntunganku yang ketiga, keberuntungan terbesarku, ketika aku mengetahui rumahnya ternyata hanya beberapa gang saja dari rumahku.

Pertemuan selanjutnya (yang lebih akrab) terjadi ketika aku membeli buku tulis di toko Berkah Utama milik pak Umar. Sofia kebetulan juga berada di sana untuk keperluan yang sama. Pada pertemuan itu aku tahu alamatnya dan memberanikan diri untuk mulai berkunjung ke rumahnya. Hari-hari selanjutnya gampang di tebak. Kami bertambah akrab, dekat dan akhirnya resmi berpacaran. Dan keberuntunganku menjadi semakin besar sejak hari-hari itu.

Aku sering membaca surat-surat cinta Bung Karno yang di tulis buat Dewi Soekarno. Berulang-ulang kubaca tanpa pernah bosan sampai aku hafal setiap kata-kata dan tanda bacanya. Aku bahkan dapat membayangkan aura romantisme saat Bung Karno menuliskan surat-surat itu. Perasaan menggebu seorang lelaki yang sedang jatuh cinta terbalut dengan kewibawaan kata-kata seorang pemimpin bangsa dan presiden. Luar biasa. Aku bayangkan diriku sebagai Bung Karno dan Sofia sebagai Dewinya.

Bagian yang paling aku suka, dan paling aku hafal sejak pertama sejak membaca surat-surat mereka, adalah pada bagian penutup. With my thousand kisses. Aku sering bahkan hampir selalu mengutip kalimat itu buat Sofia cantikku. Aku suka ketika dia tersipu, tertunduk dengan senyum yang memamerkan dekik dalam lesung pipinya. Sofia cantikku.

Sofia cewek yang cerdas. Dia selalu menyukai orisinalitas, kreatif dan kemandirian. Tetapi dia selalu suka ketika aku mengutip kalimat Bung Karno. Dia tidak pernah bosan untuk suka. Dan tidak pernah bosan untuk memperlihatkan dekik lesung pipit yang membuat mabuk melayang.

Aku telah berpakaian rapi sekarang, serba putih dengan aroma parfum yang semerbak. Hanya baju putih yang menjadi pilihanku. Sejak peristiwa menyakitkan seminggu yang lalu, tepat seminggu yang lalu, pilihan pakaianku hanya putih. Tapi aku tak keberatan, aku suka dan aku yakin Sofiapun akan menyukai penampilanku. Aku terlihat tampan dengan penampilanku. Beberapa teman baruku bilang wajahku terlihat lebih bersinar sejak peristiwa yang menyakitkan minggu lalu.

Aku lewati garasi, di pojokan bersebelahan dengan mobil bapak, kulihat motor merah kesayanganku. Ringsek dengan warna merah yang hampir tak terlihat. Bercak darah masih terlihat di sana-sini. Bapak dan ibuku dengan rasa sayangnya tentu menyimpan motor itu untuk kenang-kenangan. Aku tidak berniat untuk menggunakan sepeda motor itu lagi. Hari ini aku ingin berjalan kaki, menyusuri jalan-jalan tempat di mana aku sering melewatinya bersama Sofia. Membangkitkan kembali kenangan saat pertama kali aku mengenal Sofia. Saling berbicara pelan sambil bergandengan tangan. Sesekali mendekatkan tubuh kami mencoba melawan dinginnya udara malam. Toh rumahku tidak terlalu jauh dari rumah Sofia, hanya di batasi oleh tiga gang saja.

Aku melewati toko Berkah Utama, toko milik pak Umar yang dagangannya lengkap menyediakan banyak kebutuhan. Di toko pak Umar inilah biasanya aku mampir membeli sebatang coklat untuk Sofia cantikku. Sebatang coklat keras dengan taburan dan isi mente yang sangat di sukai Sofia. Dia selalu menggigitnya dengan perlahan, menikmati setiap gigitannya dan sesekali menggodaku untuk ikut menikmatinya. Sofia tidak pernah takut gemuk. Dia menganggap konyol ketakutan cewek pada coklat. Tubuhnya memang tidak pernah berubah meski batangan-batangan coklat di lahapnya dengan nikmat. Belum lagi es krim yang saban hari di lahapnya. Tubuh tinggi ramping seolah di ciptakan Tuhan untuk menjadi hak yang tak bisa di ganggu gugat bagi Sofia. Tapi hari ini aku tidak bisa membawakan coklat kesukaannya, sejak peristiwa yang menyakitkan minggu sebelumnya.

Yah, tubuh ramping ramping Sofia yang selalu di balut T-shirt dan jeans belel. Aku selalu membayangkannya. Belum lagi putih kulitnya, matanya yang seperti memantulkan sinar bulan dan deretan giginya yang rapi berkilauan. Sofia memang sempurna di mataku. Berkah tuhan yang selalu ku syukuri setiap harinya. Kadang aku merasa sebagai berkah yang terlalu besar untukku. Sofia cantikku memang berkah tuhan yang luar biasa.

Suara klakson dan bel motor terdengar riuh di belakangku (aku selalu menganggapnya isyarat iri) ketika aku mulai memasuki halaman rumah Sofia. Pintu pagar tidak terkunci jadi aku langsung melangkahkan kakiku ke dalam. Sofia telah berada di beranda, duduk di kursi besi panjang tempat biasanya kami menghabiskan waktu di Sabtu malam. Di kursi itulah biasanya kami duduk sebelum pindah ke taman di depan dekat pintu gerbang yang sekarang aku lewati. Saling bicara sambil sesekali memberi komentar pada lalu lalang kendaraan atau orang lewat di depan rumah ketika kami mulai kehabisan bahan pembicaraan.

Seringkali kami juga memanggil pak Rochim, penjual bakso daging sapi yang biasanya lewat depan rumah. Aku mengenal bakso pak Rochim juga karena Sofia. Dia sangat menyukai bakso daging bulat dengan ukuran yang menurutku luar biasa itu, mengambil satu atau dua biji lalu mengambil lagi sebiji milikku ketika miliknya telah habis. Aku suka memperhatikan detil-detil kecil kebiasaannya.

Aku langsung duduk di sebelah kanan Sofia. Sofia menoleh sebentar, memegangi kuduknya bersama dengan datangnya angin dingin yang menyertaiku. Senyum dan dekik lesung pipitnya mengembang. Ah, Sofia tidak kehilangan pesonanya meski peristiwa yang menyakitkan itu telah terjadi. Matanya berkabut membentuk pantulan sinar rembulan dan bintang-bintang. Di pangkuannya tampak album foto yang kami ambil ketika mengikuti tour sekolah di Bali, tergenggam erat oleh kedua tangan mungilnya.

“Aku menunggumu, kak Johan…” kata-kata Sofia terdengar lirih dan gemetar, aku mendengarnya sebagai sebuah desahan dari rasa sakit di hatinya.

“Aku tahu Sofia, tidak ada yang dapat menghalangimu untuk menungguku. Bahkan peristiwa menyakitkan minggu lalu tak akan sanggup menghentikanmu. Juga tak akan sanggup menghentikanku untuk memikirkanmu,” aku berusaha mendekatkan kepalaku. Berusaha sekerasnya agar suaraku di dengar Sofia. Aku lihat Sofia mengangguk. Aku lega.

Sejak peristiwa menyakitkan itu, aku harus berurusan dengan banyak hal, berhitung dengan hal-hal yang tidak sanggup aku kendalikan. Tetapi segala urusan yang menguras enerji dan pikiranku itu tidak mampu menghalangiku untuk memikirkan Sofia. Memikirkan semua hal indah bersamanya atau melupakan dekik dalam lesung di pipi bulatnya. Dan aku bersyukur sekali ketika hari sabtu tiba, hari yang menjadi waktu bagiku dan Sofia untuk bersama. Hari besar yang di sediakan Tuhan untuk kami berdua. Dan berkah terbesar buatku.

“Aku selalu berfikir, apa yang terjadi, mengapa terjadi, apa yang sedang kakak lakukan sekarang. Aku nggak mau sendiri kak Johan, terlalu sepi.” Sofia semakin dalam menundukkan wajahnya. Tangannya semakin erat memegang album foto.

“Aku baik-baik saja Sofia. Tak ada yang perlu kamu khawatirkan. Aku akan selalu ada di dekatmu.” Aku coba menenangkan Sofia. Sebisaku.

Bahkan setelah peristiwa yang menyakitkan itu, aku masih memikirkan Sofia setiap hari, tetapi ini pertama kalinya aku mengunjungi rumahnya. Peristiwa itu memang teramat berat dan luar biasa menyakitkan bagi kami berdua, keadaan tidak akan pernah sama lagi. Sofia masih memiliki semua pesona yang telah memikatku, tetapi dia telah banyak berubah sekarang. Peristiwa itu telah menghancurkan hatinya, dan tentu saja hatiku.

“Aku merindukan kak Johan sekarang. Lebih dari hari-hari yang lain…” kali ini butir-butir bening air mata mulai mengalir dari mata indahnya. Pantulan rembulan dan bintang-bintang berubah menjadi awan lalu berjatuhan seperti tetesan air hujan. Deras membentuk aliran sungai menuruni pipinya. Tidak terlihat lagi dekik lesung pipi yang selalu memikatku.

Aku mendekatkan tanganku ke pipinya, berusaha menghapus air mata Sofia yang meleleh. Tapi aku tak mampu menyentuhnya. Sejak peristiwa yang menyakitkan itu, aku tak kuasa lagi untuk menyentuhnya. Aku tak pernah mengeluh atau mengutuk peristiwa itu, tapi ketidakmampuanku untuk menyentuh dan menghapus air matanya benar-benar menyakitkan. Air matanya semakin deras mengalir, menangisi peristiwa menyakitkan itu. Dan hatikupun semakin sakit.

Sofia, seandainya aku mampu…

ooOOoo

Seminggu sebelumnya.

Johan mengunci kancing jaketnya. Dia berdiri dan mulai melangkah menuju sepeda motornya setelah berpamitan pada orangtua Sofia. Sofia berjalan di sampingnya, sesekali bicara dan tersenyum dengan pantulan sinar bulan di kedua mata beningnya.

“Ati-ati ya kak,” salam perpisahan Sofia masih seperti biasanya. Johan menyebutnya klasik.

“Terimakasih, Sofi. Aku pulang sekarang,” Johan bersiap menstarter sepeda motor merahnya sebelum menyadari sesuatu telah terlewatkan. “O, ya. Ini foto yang di Bali kemarin.” Johan membuka sadel sepeda motor lalu tangannya mengambil album foto dari bagasi.

“Terimakasih kak. Hampir lupa,” Sofia menerima album foto itu tanpa membukanya. Matanya masih menatap Johan yang sebentar lagi akan meninggalkan halaman rumahnya. Tatapan itu juga yang membuat Johan enggan meninggalkan Sofia. Tapi malam mulai larut, dia harus segera pulang sekarang.

Johan menstarter sepeda motornya dan segera meninggalkan rumah Sofia dengan pernak-pernik indah di hatinya. Pikiran mudanya masih di penuhi bayangan Sofia. Segalanya tentang Sofia dan merubah semua di luarnya menjadi bayangan kabur. Termasuk jalan dan lampu-lampu jalan yang juga semakin kabur. Bayangan Sofia telah mengganggu konsentrasinya melebihi hari-hari sebelumnya.

Sampai Johan tiba di tikungan menuju jalan utama, sebuah mobil box besar berbelok tepat di jalur sepeda motornya. Hantaman keras tidak dapat di hindari lagi. Mobil box besar melawan sepeda motor merah Johan. Kecelakaan itu demikian hebatnya sampai Johan terlempar ke belakang meninggalkan sepeda motornya dalam keadaan ringsek. Orang-orang berteriak dan berlarian ke arah Johan yang tergeletak di aspal. Pak Umar berada di antara kerumunan orang dan segera mengenali Johan.

“Astaga! Ini nak Johan, temannya neng Sofia…” tangan kanan pak Umar memeluk Johan, sementara tangan kanannya meraba nadi di lehernya berusaha mencari tanda-tanda kehidupan.

“Dia sudah meninggal…” pak Umar menoleh ke kerumunan orang-orang berusaha mencari pertolongan yang sia-sia.

Johan meninggal di tempat akibat kecelakaan itu. Sebuah kecelakaan yang menjadi peristiwa paling menyakitkan baginya.

Dan bagi Sofia.

posted by FerryHZ at 7:00 PM | Permalink | 0 comments