(function() { (function(){function b(g){this.t={};this.tick=function(h,m,f){var n=f!=void 0?f:(new Date).getTime();this.t[h]=[n,m];if(f==void 0)try{window.console.timeStamp("CSI/"+h)}catch(q){}};this.getStartTickTime=function(){return this.t.start[0]};this.tick("start",null,g)}var a;if(window.performance)var e=(a=window.performance.timing)&&a.responseStart;var p=e>0?new b(e):new b;window.jstiming={Timer:b,load:p};if(a){var c=a.navigationStart;c>0&&e>=c&&(window.jstiming.srt=e-c)}if(a){var d=window.jstiming.load; c>0&&e>=c&&(d.tick("_wtsrt",void 0,c),d.tick("wtsrt_","_wtsrt",e),d.tick("tbsd_","wtsrt_"))}try{a=null,window.chrome&&window.chrome.csi&&(a=Math.floor(window.chrome.csi().pageT),d&&c>0&&(d.tick("_tbnd",void 0,window.chrome.csi().startE),d.tick("tbnd_","_tbnd",c))),a==null&&window.gtbExternal&&(a=window.gtbExternal.pageT()),a==null&&window.external&&(a=window.external.pageT,d&&c>0&&(d.tick("_tbnd",void 0,window.external.startE),d.tick("tbnd_","_tbnd",c))),a&&(window.jstiming.pt=a)}catch(g){}})();window.tickAboveFold=function(b){var a=0;if(b.offsetParent){do a+=b.offsetTop;while(b=b.offsetParent)}b=a;b<=750&&window.jstiming.load.tick("aft")};var k=!1;function l(){k||(k=!0,window.jstiming.load.tick("firstScrollTime"))}window.addEventListener?window.addEventListener("scroll",l,!1):window.attachEvent("onscroll",l); })();

Tuesday, March 18, 2008
Ulasan novel: Suster Nengok

Penulis: Iwok Abqary
Penerbit: EXAMEDIA
Tebal: viii+174 halaman
Cetakan: I, Januari 2008
ISBN: 978-602-8096-09-6
Harga: Rp. 17.500,-
Toko buku penyedia: Gramedia dan Indomaret Minimarket

Skor: 8

======================================================================

Pertamakali memegang novel ini, saya sudah memiliki ekspektasi; scarry movie dalam bentuk teks dan berharap sebuah "novel 3 dimensi”, bukan sekedar novel flat. Maksud saya, membaca novel serasa melihat film.

*Definisi "novel 3 dimensi” hanya karangan saya untuk menggambarkan kedekatan apa yang terlihat dengan yang tertuang pada novel.
======================================================================


Cerita dimulai ketika empat sekawan mengikuti bakti sosial ke vila Delima milik om Joni dan tante Farah yang difungsikan sebagai panti Jompo. Reno, Via, Marsya dan Willi. Reno yang penakut, Via yang tegas, si oon Marsya dan Willi yang cuek. Perpaduan sifat mereka menjadi bumbu cantik yang terkemas pada bagian komedinya.

Bulu kuduk mulai berdiri di bagian awal cerita, ketika mereka berempat dalam perjalanan menuju villa tante Farah dan om Joni. Dalam perjalanan melewati terowongan Cassamanca, Reno mulai mendapatkan kunjungan sang hantu. Bukan karena lupa membunyikan klakson, justru karena kebanyakan klakson. Sang hantu protes keras karena berisik !

Syukurlah, cerita horor dan berdirinya bulu kuduk segera beralih ke tawa dan sedikit sakit perut.

Horor segera berlanjut ke bagian cerita selanjutnya, di hari pertama keberadaan mereka di vila. Tulisan misterius di cermin dan pertemuan kedua Reno dengan hantu yang lain, si suster nengok. Horor masih berlanjut ketika mereka berempat jalan-jalan berniat menikmati pemandangan di sekitar vila. Tapi bukan pemandangan dan suasana asyik yang mereka temukan. Tapi pekuburan Belanda tak terurus di belakang vila dan bertemu dengan hantu jeruk busuk, kakek penunggu kuburan !!!

Scene favorit saya di bagian ini adalah ketika sang kakek tersentak luar biasa saat mengetahui empat sekawan menginap di vila Delima. Empat sekawan ikutan kaget dan segera menghubungkannya dengan keberadaan hantu suster nengok. Ternyata bukan suster nengok yang membuat sang kakek tersentak. Tapi vila itu membangkitkan nostalgia pada cinta pertamanya ! “Irah, aku masih cinta sama kamu!” kata si kakek penunggu kuburan.

Cerita horor makin naik di bab-bab selanjutnya. Hilangnya Marsya di dalam gudang dan pertemuannya dengan suster nengok, cerita tentang putri pemilik vila yang bunuh diri. Semuanya makin menambah ketegangan novel ini. Sekaligus kelucuannya.

Tokoh-tokoh lain yang ada pada novel semakin menambah kelucuan, horor dan warna-warni yang menyenangkan.


*
Beberapa catatan saya: pada halaman 61 ada percakapan tentang pastur yang tidak nyambung, antara keheranan bibi Irah dan empat sekawan.

Yang saya dapatkan setelah membaca novel ini: saya suka gaya mas Iwok menggelitik urat takut dan urat tertawa pada saat bersamaan!

Ekspektasi saya tentang “novel 3 dimensi” terpenuhi setelah saya membaca novel ini.

posted by FerryHZ at 1:54 AM | Permalink |


1 Comments:


  • At March 22, 2008 at 3:57 AM, Anonymous Anonymous

    wah penasaran, aku kebetulan penyuka buku-buku horror plus humor. Jadi pingin beliiiiii. Tapi ga tahu negh kapan mudiknya