(function() { (function(){function b(g){this.t={};this.tick=function(h,m,f){var n=void 0!=f?f:(new Date).getTime();this.t[h]=[n,m];if(void 0==f)try{window.console.timeStamp("CSI/"+h)}catch(q){}};this.getStartTickTime=function(){return this.t.start[0]};this.tick("start",null,g)}var a;if(window.performance)var e=(a=window.performance.timing)&&a.responseStart;var p=0=c&&(window.jstiming.srt=e-c)}if(a){var d=window.jstiming.load; 0=c&&(d.tick("_wtsrt",void 0,c),d.tick("wtsrt_","_wtsrt",e),d.tick("tbsd_","wtsrt_"))}try{a=null,window.chrome&&window.chrome.csi&&(a=Math.floor(window.chrome.csi().pageT),d&&0=b&&window.jstiming.load.tick("aft")};var k=!1;function l(){k||(k=!0,window.jstiming.load.tick("firstScrollTime"))}window.addEventListener?window.addEventListener("scroll",l,!1):window.attachEvent("onscroll",l); })();

Tuesday, October 2, 2007
CINTA KUMBANG JANTAN PADA KUPU BERBINTIK BIRU



Hari menjelang malam ketika ceruk pohon flamboyan ramai oleh berbagai binatang malam. Ada beberapa ceruk pada batangnya yang menjadi tempat berkumpul segala jenis binatang. Beberapa di antaranya adalah ceruk besar yang menampung keramaian di malam hari.
Kunang-kunang berkumpul pada ceruk di bagian tengah sambil memberikan cahaya terangnya. Sekumpulan kutu dan ketonggeng berada di pinggiran ceruk besar itu, mengalah pada terangnya cahaya kunang-kunang. Pada ceruk lain yang lebih kecil, sekumpulan kumbang terlihat mabuk bersama rombongan migran cerpelai, kodok dan jangkrik bernyanyi sumbang dengan nada tanpa aturan. Gemerlap malam semakin ramai oleh suara kodok dan jangkrik mabuk.
Di bagian lain yang lebih tersembunyi, seekor kumbang dan seekor cerpelai duduk bersama. Mereka telah menjadi akrab oleh ikatan malam. Kumbang yang pada siang hari terbenam dan mencari makan di onggokan kotoran kerbau telah berganti rupa di malam hari, bermandikan wewangian bunga kesturi dan bau melati. Sedangkan cerpelai lebih senang berada di kegelapan malam sekedar untuk menanti datangnya pagi.
Seekor kupu-kupu melintas, menyebarkan aroma wangi dan keindahan warna birunya. Cahaya tipis menyelubungi seratus bintik biru di kedua sayapnya. Kunang-kunang tercengang. Rama-rama mendongak dan kumpulan kumbang menghentikan suara sumbangnya. Kupu-kupu berbintik biru telah menebarkan pesona melalui kepak sayapnya. Ceruk besar pohon flamboyan hening sekarang, terkalahkan oleh pesona si kupu bersayap biru.
"Siapa dia?" Tanya si Kumbang.
"Pendatang baru, belum pernah ku lihat sebelumnya." Cerpelai menguap.
"Cantik nian." Si kumbang masih tercengang.
"Ada seratus bintik biru di sayapnya." Lanjut si kumbang.
"Masing-masing memiliki harga, dan tidak murah." Kata cerpelai.
Si kumbang makin tercengang. Si kupu biru sekarang berada tepat di bagian tengah ceruk, di tengah lingkaran cahaya kunang-kunang. Cahaya kunang-kunang terpantul sayap biru kupu-kupu dan menjadi biru.
Seluruh ceruk menjadi biru. Si kumbang menjadi biru. Cerpelai juga menjadi biru. Dan kumbang makin tercengang. Cerpelai bicara sendiri. Cerpelai tahu temannya sedang jatuh cinta.
"Pergilah, beli dan ambil bintik birunya." Kata cepelai.
"Aku tidak punya cukup uang untuk sayap biru seindah itu, temanku." Kata Kumbang.
"Ambillah. Ini cukup untuk sekedar membeli sebintik warna birunya." Cerpelai menyodorkan setumpuk uang pada si Kumbang.
Si kumbang mengambil uang dari cerpelai dan bergegas menuju kupu-kupu biru. Langkahnya terhenti ketika seekor kelelawar jantan lebih dulu berada di samping kupu-kupu biru. Si kumbang hanya menatap diam ketika kupu-kupu biru terbang bersama kelelawar jantan. Hatinya sakit.
"Kamu harus membunuhnya." Kata cerpelai.
"Siapa?" Tanya si kumbang.
"Si kelelawar jantan. Kamu harus membunuhnya."
Si kumbang terdiam. Lama terdiam sampai kelelawar dan kupu-kupu biru kembali ke tengah ceruk.
Si kumbang segera terbang menuju arah tengah ceruk. Enerji cinta yang luar biasa memompa tenaga ke otot-ototnya. Lalu dia membunuh si kelewar jantan itu dengan bau busuk dan dua tanduk di kepalanya. Kelelawar terbunuh dengan darah hitam meleleh membasahi malam dan ceruk flamboyan.
Kumbang terengah-engah. Si kupu biru tak acuh. Si kumbang masih terengah ketika kembali pada cerpelai.
"Tinggal sembilanpuluh sembilan bintik biru." Katanya.
"Hmm..." Cerpelai tak peduli.
"Aku mau semua bintik birunya." Kata kumbang jantan.
"Cobalah, mungkin peruntunganmu ada padanya." Imbuh Cerpelai. Matanya menatap ufuk tak sabar menanti datangnya fajar.
Si kumbang kembali terbang menuju arah si kupu-kupu biru. Sekali lagi langkahnya terhenti ketika seekor lalat telah berada di samping si kupu-kupu biru. Si kumbang hanya terdiam, menatap lalat yang terbang bergandengan dengan kupu-kupu biru pujaannya. Hatinya semakin sakit.
"Kamu harus membunuhnya." Kata cerpelai.
"Siapa?"
"Si lalat jantan."
Si Kumbang kembali terdiam menanti kedatangan lalat jantan dan kupu biru. Si kumbang segera menerjang ke tengah ceruk ketika lalat jantan datang. Lalat jantan terbunuh. Kupu-kupu biru tetap tak acuh.
Si Kumbang segera kembali pada cerpelai mengadu dan bercerita tentang kupu biru dan matinya si lalat jantan.
"Tinggal 98 bintik biru." Katanya.
"Hmmm."
"Aku mau ambil semuanya."
"Cobalah, mungkin peruntunganmu ada padanya."
Begitulah pengulangan selalu terjadi, setiap kali si kumbang jantan hendak mendekati kupu-kupu berbintik biru. Setiap kali pula si kumbang jantan membunuh pejantan yang membawa kupu-kupu biru.
Sampai pada pembunuhannya yang ke sembilanpuluh delapan, kumbang jantan merasakan enerji cintanya telah habis. Tapi kepalang tanggung. Bintik biru di sayap kupu-kupu pujaannya terlalu indah untuk di lewatkan. Hatinya telah buta oleh kilau sinarnya. Kumbang jantan senang dengan kebutaan hatinya.
"Tinggal satu bintik biru."
"Hmmm."
"Masih ada satu. Ambillah kesempatan terakhirmu."
Pada kesempatannya yang terakhir, kumbang jantan bertemu dengan kalajengking hitam. Perkelahian terakhir yang menguras semua enerji cinta dan menyisakan lelehan darah yang mengalir dari jutaan luka di tubuhnya. Dua tanduknya juga telah patah. Nafas kumbang jantan terengah-engah di akhir perkelahian. Kumbang jantan hanya dapat menatap kupu-kupu yang telah kehilangan semua bintik birunya. Tidak ada kecantikan di kedua sayapnya. Tidak ada lagi pantuilan biru cahaya kunang-kunang. Ceruk pohon flamboyan telah kembali pada warna suramnya.
Kini si kupu menatap lekat pada si kumbang jantan. Tidak ada lagi bintik biru di sayap-sayapnya. Tidak ada lagi keindahan yang dapat di jual. Si kupu berpaling pada kumbang jantan, mengharapkan perlindungan dari dingin dan jahatnya udara malam. Tapi si kumbang jantan mengacuhkannya. Tidak ada lagi yang diinginkannya. Bintik biru di sayap kupu-kupu yang membutakan hatinya telah hilang.
Lalu pagi mulai menjelang dan keramaian di ceruk pohon flamboyan-pun ikut menghilang.

v


Kupu-kupu berbintik biru telah pergi, tergilas roda masa yang membunuh semua kecantikannya. Si kumbang jantan juga telah mati, membusuk di bawah onggokan kotoran kerbau. Cerpelai yang telah di butakan oleh gelapnya malam pergi entah kemana, mungkin telah kembali kepada pagi dan cerahnya matahari, atau mati membawa cerita cinta kumbang jantan pada kupu-kupu berbintik biru.


v

Cinta kumbang jantan pada kupu-kupu bersayap biru telah berakhir, selesai dan mati. Tapi ceruk di batang pohon flamboyan akan tetap ada. Menjadi tempat bagi tumbuhnya berbagai macam jenis cinta yang lain. Terutama ketika malam mulai menjelang .......




Griya Kebraon, 25-Mei-2007

Ferry Herlambang Zanzad



Labels:

posted by FerryHZ at 11:38 PM | Permalink |


1 Comments: