Sungguh ironis, Bung Tomo [1920-1981] yang secara heroik mampu mengobarkan semangat juang arek-arek Suroboyo dengan pekikan takbirnya baru diangkat sebagai pahlawan nasional pada 10 November 1945.
Karena ketegasan sikap dan prinsipnya, lugas dan apa adanya membuat hubungannya renggang dengan Soekarno dan Soeharto. Bahkan Bung Tomo sempat menginap di hotel prodeo [baca: penjara] selama setahun sejak1 tahun sejak 11 April 1978 ketika banyak mengkritik kebijakan Orde Baru.
Sikap tegas dan kritisnya tetap dibawa Bung Tomo sampai akhir hayatnya. Bung Tomo enggan dimakamkan di taman makam pahlawan karena makam tersebut dinilainya banyak diisi ‘pahlawan kesiangan’ [Kompas, 10 Nov 2007] . Bung Tomo meninggal saat menunaikan ibadah haji di Makkah al Mukarromah pada tanggal 7 Oktober 1981. Pada tahun 1982 jenazahnya dibawa pulang ke Indonseia dan dikebumikan di Ngagel, Surabaya.
Sumber dari sini, dengan penyesuaian.